Beni melihat sebuah foto yang dia ambil
dari laci lemari bukunya. Disana terdapat 2 laki laki yang sedang tersenyum
tanpa beban. Ya, itu Beni dan sahabatnya Marko.
1
tahun yang lalu....
Teringat
percakapan yang tak pernah dilupakan
“Ben, dokter udah mem-vonis aku
sewaktu-waktu nyawa aku bisa hilang begitu aja. Penyempitan pernafasan yang
udah melekat di tubuh ini semakin mencabik-cabik energi dalam tubuhku. Kamu
jangan pernah nangis bro kalau misal aku ngga bisa support kamu lagi di saat
ada lomba fotografi, kalau misal aku ngga bisa jadi sainganmu lagi di kompetisi
foto. Ngga ada yang bisa melawan maut sekalipun aku berlari dan sembunyi tetap
saja ‘ia’ akan mengejarku. Kamu punya tugas, aku titip seseorang yang bisa jadi
dia adalah alasan aku bertahan selama ini” kata marko terengah-engah.
“Ko, jangan patah semangat. Aku ngga mau
sahabat karib yang selalu bisa jadi beda diantara sahabat sahabat lainnya malah
justru menghilang duluan sebelum aku. Kita harus barengan terus bro, tetanggaan
dari kecil sampai sekolah bareng, kuliah pun bareng,komunitas fotografer bareng
bahkan mati pun kita harus bareng. Selama aku bisa bantu, aku pasti jagain
siapapun yang kamu titipin ke aku. Kamu punya pacar ko? Kok ngga cerita ke
aku? Wah nggak asik you ko” ujar beni.
“Hidup ngga bisa milih ben. Kalaupun
bisa milih, aku pasti pilih yang ngga berujung kesedihan di mata orang lain.
Aku pasti pilih buat bisa barengan terus sama you. Tapi buktinya aku lemah,
terbaring ngga berdaya, aku bahkan ngga bisa jagain dia” kata marko.
Masa
sekarang.
“Ko, rasanya
baru kemarin kita masih kecil masih basketan bareng, rasanya kita baru senang
senang bareng gara-gara 1 komunitas. Tapi kenapa sekarang you udah ngga ada di
dunia ini. Waktu jahat banget ya ko, waktu mempercepat semuanya. Waktu menghilangkan
semuanya. Tapi aku udah ikhlas ko, mulai sekarang titipan you akan ku jaga ko,
meskipun aku ngga tau harus kemana buat mencari dan menemukan-nya” ujar beni
tersenyum tipis di depan foto.
***
Pertengahan semester 3.
Ada mahasiswa
jurusan sosiologi baru pindahan dari malang. Nama-nya desya. Dia duduk di
bangku sebelah Beni. Saat perkenalan di depan kelas..............
“Dia cantik, dia
humble, dia friendly...................dia” belum sempat melanjutkan
perkataannya, Beni dikejutkan dengan uluran tangan.
“Hai, aku
desya...” kata desya mengulurkan tangan.
“Hai, aku Beni.
Senang berkenalan denganmu”
Setelah
perkenalan itu berakhir, akhirnya kelaspun di mulai.... sepanjang dosen
menerangkan, desya tenang, memperhatikan tanpa menoleh sedikitpun. “Gadis ini,
beda dari yang lain” pikir Beni.
Setelah kelas
berakhir. Desya menghampiri Beni yang terduduk di ujung taman kampus.
“Hai beni, boleh
aku duduk dan bercerita cerita denganmu?”
“Boleh sya.
Ceritakan apapun yang menurutmu ingin kau ceritakan padaku. Anggap saja aku
sahabatmu” ujar beni.
“Maaf kalau aku
mungkin lancang, tapi menurutku kamu orang yang baik dan bisa dipercaya untuk
dijadikan sahabat. Dulu, aku pernah mengenali kota ini walau hanya 1,5 tahun.
Kota Surabaya ini walau panas tapi menyimpan banyak sejarah. Memang sejarah
negara aku tidak terlalu mengerti, tapi yang aku maksud sejarah itu ya sejarah
hidupku. Dulu waktu kelas 1 SMA aku bersekolah di malang. Saat kelas 2 aku
pindah kesini sampai kelas 3” ujar desya bercerita.
“Lalu, kamu
pindah lagi ke malang ? tidak betah disini karena panas ?” tanya beni.
“Dulu, seseorang
yang sangat berharga di hidupku pernah bilang bahwa; Surabaya meskipun sangat
panas dan bisa bikin kulit gosong tapi orang yang sudah pernah ke Surabaya
pasti merindukannya lagi, makanya aku balik lagi kesini. Aku pindah karena
suatu hal terkutuk yang mungkin ngga sekarang aku ceritain ke kamu. Tapi suatu
saat nanti aku pasti ceritain kok ke kamu” ujar desya.
Desya ingin
menceritakan saat itu juga pada Beni, cuman baginya halaman kampus tempat yang
terlalu umum dan terlalu baru baginya.
“Ben aku pulang
dulu, sampai ketemu besok. Mungkin besok aku akan mengajak mu pergi keluar dan
kau siap kan mendengar ceritaku lagi ?” kata desya
“Aku pasti siap.
See you tomorrow”
***
Setibanya
dirumah, terbesit di dalam pikiran Beni tentang sahabatnya,marko. Dia masih
bertanya-tanya... “jika aku menyukai desya, lalu bagaimana caranya aku menjaga
dan membahagiakan perempuan yang di titipkan marko ke aku? Masa iya aku
menyimpan pikiran tentang 2 wanita sekaligus. 1 saja sudah rumit bagaimana 2
bisa bisa kesehatan jiwaku terguncang” kata Beni.
“Siapa wanita
itu? Siapa wanita yang disembunyikan identitasnya oleh marko. Bagaimana caranya
aku bisa menemukannya jika namanya saja aku tidak pernah mendengarnya walau
sekali. Tapi yang bikin aku heran dan merinding, marko pernah bilang: ‘kamu
ngga usah susah susah mencarinya, kelak waktu yang akan mengantarkannya padamu”
....aneh kan, yang bener aja masa iya tuh orang dateng sendiri, jangan jangan
hantu lagi....aaaaaaa” Beni langsung lari keluar kamar.
***
Hari ini beni
kuliah pagi. Ada 3 kelas untuknya hari ini. Beni rasanya malas sekali berangkat
kuliah karena udara pagi pun sudah terasa menyengat di Surabaya. Jl Ahmad Yani
tidak terlalu padat tidak juga terlalu kosong.. sedang-sedang saja. “Tumben,
tidak seperti biasanya” batin beni.
Sesampainya di
parkiran kampus, Beni mendapat telepon dari Aldo [ketua komunitas]. Aldo bilang
kepada Beni, nanti sekitar jam 2 siang akan ada hunting foto bersama tetapi seperti
biasa, anggota komunitas disuruh berkumpul di taman apsari [didepan gedung
negara Grahadi]. “Bos, saya ngajak satu cewek ya, temen kuliah saya” tanya beni
kepada aldo. “Yasudah tidak apa, jangan telat tapi ya bro” kata aldo
menyetujui. Beni langsung berjalan menuju kelas dan menyelesaikan 3 kelas.
13.00 wib,
selesai semua kelas yang membebani Beni.
“Sya, aku pulang
dulu ya. Abis itu kita ke kedai ice cream okay, lalu kamu ikut aku hunting.
Kamu suka foto kan?” tawar beni.
“Iya aku suka
banget. Okedeh aku tunggu di kantin ya ben”
Beni pun
meluncur ke rumah lalu mengambil kamera dan perlengkapannya. Setelah itu
kembali ke kampus untuk menjemput desya. Sampai di depan kampus tiba-tiba Beni
‘de javu’ tentang marko, seperti ada bayang bayang mengenai wanita yang di
bicarakan marko. Beni langsung keringet dingin dan merinding dan Ia melonjak
saat desya menepuk bahunya. Desya tampak bingung dan heran. Akhirnya tanpa
berpikir lama, marko mengajak desya menuju zangrandi. [zangrandi adalah kedai
ice cream yang dahulu pernah desya datangi bersama marko, ya desya adalah
perempuan yang dimaksud oleh marko]. Didepan kedai, desya menatap dengan
pandangan kosong matanya berbinar seperti ingin menangis. Beni yang bingung
bisa menerawang pandangannya yang kosong dan segera menepuk bahunya hingga
desya sadar.
“Ayo masuk sya,
terus pesan deh” ujar beni.
Setelah memesan
ice cream yang di inginkan, mereka duduk berhadapan.
“Kamu tau nggak
sya, banyak orang bilang ice cream disini beda banget dengan ice cream yang
dijual di tempat lain, pengunjung yang sudah kesini pasti kesini lagi suatu
hari entah itu untuk merasakan ice cream-nya atau untuk sekedar bernostalgia.
Ya beli rasa, Ya juga beli nostalgia. Every scoop is memorable. Tapi ada
benarnya jugasih, dulu aku pernah kesini sama fanya waktu SMA, fanya itu first
love-ku yang meninggal, eh taunya aku kesini lagi walau ngga sama dia tapi sama
kamu, tapi sama sama asiknya kok hehe” ujar beni terkekeh.
“Iya benar ben,
dulu aku pernah kesini sama marko waktu SMA, tapi sekarang aku malah balik
kesini tanpa dia, tapi sama kamu” ujar desya dalam hati.
“Sya, why do you
so sad? Beritahu aku apapun itu yang membuatmu bersedih, ceritalah” ujar beni
dengan senyum tipisnya.
“Dulu aku punya
kekasih, dia beda dari yang lain. Dia bisa membuatku nyaman tidak seperti orang
lain. Aku sayang padanya, tapi maut memisahkan aku dengannya. Dia meninggal
waktu malam itu dia mau menjemputku saat aku pulang les. Karenaku dia
meninggal” ujar desya. Desya pun menangis. Beni tak kuasa menahan sedihnya
melihat orang yang disukainya menangis.
“Dia suka
fotografi juga kayak kamu, dia pernah ikut komunitas juga, dia selalu suka
memotoku diam diam saat kami jalan bersama. Dia...dia istimewa” ujar desya
melanjutkan.
“Kekasihmu dulu
fotografer? ikut komunitas? Kalau aku boleh tau siapa namanya?” tanya beni.
Desyapun
menyodorkan selembar foto.
“Ini fotonya, baca
saja tulisan di balik foto itu” kata desya..
“Fafian marko
bimantara”..............................”hah? marko? Ini nama nya marko, ini
marko sahabat ku.. ini marko..” teriak beni dalam hati. Segeralah di baliknya
foto itu. Dan memang benar, lelaki itu marko, sahabat beni.
“Beniiiiii, halo
beni. Kamu kenapa?” tanya desya.
“Tidak aku tidak
apa” ujar beni berbohong. “Jadi ini, wanita yang sangat disayangi marko, jelaslah
desya anaknya berbeda. Jadi kekasih desya adalah marko, iya sya, kamu benar.. marko
memang berbeda dari laki-laki lain, aku sangat bangga padanya, dia tidak
bajingan seperti cowok pada umumnya, dan aku berusaha menirunya....termasuk
caranya membuatmu nyaman ketika dia sedang bersamamu sya” ujar beni dalam hati.
Desyapun
menangis. Beni hampir meneteskan air mata.
“Dia meninggal
gara-gara aku ben, dia kecelakaan malam itu saat hujan deras. Yang aku tau,
marko sangat menyukai hujan. Tetapi kenapa hujan membunuhnya, hujan tak punya
hati. Harusnya hujan itu bangga disukai oleh lelaki se baik marko” kata desya
dengan jeritan yang semakin mengecil.
“BUKAN KAMU
DESYA, BUKAN KAMU YANG MENYEBABKAN MARKO MENINGGAL, tapi marko memang sakit”
teriak beni dalam hati.
Jadi selama ini
desya tidak pernah tahu jika marko sakit, makanya desya beranggapan marko
meninggal karena kecelakaan lalu lintas padahal yang benar itu saat menyetir
mobil, sesak nafasnya marko kumat.
“Kontrol
omonganmu sya, kamu tidak ada di tempat kejadian kan saat semuanya terjadi ,
bagaimana mungkin kamu menyalahkan dirimu? Apa karena saat malam itu si marko
sedang dalam perjalanan menjemputmu? Jangan salah kan dirimu, aku tidak suka.
Ini namanya kecelakaan” ujar beni sedikit menyolot.
“1,5 tahun lebih
ben aku masih terjebak di keadaan kayak gini, 1,5 tahun aku masih menyimpan
keadaan yang amat berat. 1,5 tahun itu lama kan ben, jangankan buat move on,
buat ngelupain aja susahnya seperti mencoba mengingat seseorang yang belum kita
kenal” ujar desya dengan isakan yang cukup keras.
“Aku tahu kok
perasaanmu tapi jangan pernah jadikan dirimu dan anggap dirimu menjadi orang
yang mengalami ini sendirian. Di luar sana banyak yang mengalami lebih tragis
dari kamu. Aku juga pernah kehilangan seseorang yang aku sayang, cinta
pertamaku dan sahabatku. Cinta pertamaku meninggal karena saat itu dia hendak
operasi ginjal kemudian dokter salah suntik dan Ia kejang kejang lalu
meninggal. Kamu kira hatiku tidak hancur. Jangankan melihat dia meninggal,
melihat dia menangis kesakitan saja rasanya aku sudah ingin menghantamkan
kepalaku ke tembok berulangkali. Dan saat sahabatku meninggal, dia sakit, dia
mengalami penyempitan saluran pernafasan, dan saat sebelum dia meninggal..dia
mengatakan sesuatu yang masih sangat terbesit jelas di telingaku, dia bilang
dia sekarang sudah lemah dia sudah terbaring tak berdaya, dia sudah ngga
kuat... dan aku pikir, jika aku memaksanya untuk hidup lebih lama, ada berapa
banyak rasa sakit yang dia rasakan untuk sekedar menarik nafas dan menghembuskannya,
pasti tak terhingga. Makanya aku mengikhlaskannya pergi” ujar beni dengan
rintihan kecilnya.
Air mata desya
mengalir deras. “aku ngga menyangka kamu yang biasanya bersikap tenang, bisa
menangis karena seseorang yang kamu sayangi” ujar desya.
“Dan apa kamu
tau, kita mungkin sama-sama punya kesedihan, tapi bedanya aku sama kamu, aku
bisa ikhlas karena aku tau hidupku masih panjang dan membutuhkan banyak
kebahagiaan untuk hidup, karena aku tau ada kebahagiaan lain walaupun ngga sama
mereka, makanya aku ikhlas. Karena aku masih ingin bahagia, makanya aku
merelakan semuanya, tidak seperti kamu, kamu terlalu membiarkan hatimu terjebak
dalam keadaan sedih dalam waktu yang cukup lama. Apa kamu tau apa yang
membuatmu tidak bahagia ? karena kamu tidak mau mengusahakan dirimu untuk
bahagia” perkataan yang simpel keluar dari mulut beni. Desya-pun tersadar bahwa
ada yang benar dalam perkataan beni.
“Ya ada benarnya
juga perkataanmu. Oh ya, kamu pasti tau kan makam peneleh? tepat 2 hari sebelum
meninggal, marko janji akan mengantarkan aku kesana dan dia bilang dia ingin
mengajakku hunting disana, tapi... 2 hari kemudian tepat di hari yang Ia
janjikan untuk mengajakku pergi, dia meninggal..bukan dia yang mengantarkan aku
kesana, tapi aku yang mengantarkan dia kesana, melihat dia memasuki liang tanah
yang sempit, sampai liang itu ditutupi tanah yang basah...... itu sakit bagiku,
tapi aku akan mengikuti apa katamu ben, aku akan mencoba mengikhlaskannya.
Marko sampai saat ini belum menepati mengajakku hunting di tempat-tempat asik
di Surabaya ben, huhu” ujar desya dengan tampang cemberut.
“Aku akan
menepati semua yang dijanjikan marko padamu, aku akan mengajakmu hunting sampai
kau benar-benar merasa bahagia. Ayo kita ke taman apsari, sudah ditunggu anak
anak” kata beni.
Akhirnya mereka
menghapus semua air mata, semua sesi curhat yang membuat orang sekitar
mendengarkan pembicaraan mereka yang cukup keras itu terenyuh.
“SAATNYA
HUNTING” teriakan kecil desya di jok belakang motor beni membuat beni tersenyum
tulus. Kali ini, komunitas ini berkendara bergerumbul layaknya pawai. Tujuan
pertama ke kota lama.
Sampai disana........
Beni sibuk
menyiapkan berbagai peralatan dan ribet meng-otak atik kameranya. Desya hanya
terpaku di depan gedung tua yang besar...dia menganga.
“Wow,
amazing......it’s beautiful, aku suka banget” kata desya menghadap ke beni.
Beni hanya
mengumbar senyum tipisnya. Lalu mengajak desya sebagai model yang akan di
fotonya.
Kota lama adalah
kumpulan gedung gedung tua yang besar dan berunsur budaya belanda masih sangat
melekat di dalamnya. Dulu di area kota lama ini..pada masa penjajahan belanda,
area di sekitar kota lama di jadikan tempat untuk saling melawan antara pasukan
belanda dan arek suroboyo[sebutan untuk rakyat Surabaya] tepatnya di jembatan
merah....dinamai jembatan merah karena terjadi pertumpahan darah di atas
jembatan tersebut.
Setelah kota
lama, komunitas ini masih menjelajahi tempat yang masih berbau unsur kuno,
tepatnya mereka memilih jalan gula untuk pemotretan. Lagi lagi, beni menjadikan
desya sebagai sasaran fotonya.
Jalan gula
merupakan kawasan laris yang di gunakan anak anak muda untuk berfoto ria, jalan
gula di Surabaya mempunyai daya tariknya sendiri, walau hanya berbentuk gang
sempit tapi view disini bagus, terkesan kuno dan masih ada unsur belandanya
walau hanya sedikit. Untuk orang yang baru pertama berkunjung ke area kota tua
pasti terkesima, untuk yang sudah biasa tetap ada melekat rasa kagum.
4 jam mereka
habiskan untuk mengunjungi 2 lokasi hunting yang menawan di kota lama, Surabaya.
Sudah pukul 6 malam.. Beni dan Desya beranjak dari Jl gula, Surabaya.
“Kamu mau aku
ajak ke satu tempat hunting yang lagi marak banget nih di kunjungi, bisa di
bilang tempat ini juga tempat berserjarah, mau ya? Setelah itu kita ke kedai
kopi, oke...gimana setuju ?” usul beni.
“Mau, mau
banget...”
Lalu, Beni
mengajak Desya ke Jl. Tunjungan. Sepanjang jl. Tunjungan, selalu saja ada motor
yang parkir karena pengendaranya selalu menyempatkan waktu untuk berfotoria.
Beni tidak berhenti di depan Tunjungan City, tapi Beni berhenti tepat di depan
Hotel Majapahit, hotel dengan segala kemewahannya dan berbintang lima.
“Sampai deh
kita, ayo turun sya, duduk sebentar terus photosession deh buat kamu, khusus
hihi. Kamu inget ngga pelajaran sejarah dulu ada materi yang mengulas perobekan
bendera belanda di atas hotel yamato?” tanya beni pada desya.
“Ya, aku inget
memang kenapa....? nilai sejarahku jelek banget jadi aku sekedar tahu,
memangsih ngga banyak hehe” kata desya tersenyum malu.
“Hotel yamato
itu ya hotel yang sedang berdiri kokoh di seberangmu ini, dulu hotel ini namanya
oranje hotel pada masa penjajahan belanda kemudian diambil alih oleh jepang
saat perang dunia ke II yang mencapai pulau jawa..berubah nama menjadi “yamato
hoteru” atau “hotel yamato” selama tiga setengah tahun kependudukan jepang,
kalau ngga salah tanggal 19 september 1945 orang-orang belanda mengangkat
bendera belanda merah,putih, biru di tiang bendera hotel itu tapi orang
indonesia menganggap itu sebagai penghinaan terhadap proklamasi kemerdekaan
Indonesia makanya kerumunan orang Indonesia marah lalu menurunkan bendera itu
dan merobek strip biru bendera belanda mengubahnya menjadi “merah putih”
bendera Indonesia sekarang” perjelas beni.
Desya diam tak
berkutik. “Oh jadi begitu, selain menjadi kota pahlawan, kota Surabaya juga
kaya akan sejarah ya... keren banget, apalagi Tugu Pahlawan yang sempat jadi
markas kenpetai pada masa pemerintahan jepang dan juga masih banyak bangunan
yang kokoh yang masih dipertahankan walau terkadang banyak yang ngga di rawat.
Keren banget....” kata desya terkagum.
“Keren kan? Udah
puas belum foto-fotonya? Mau langsung lanjut ke coffee corner?” tanya beni.
“Aku sih terserah kamu aja ben” jawab desya dengan senyum bahagia.
Beni menikmati
banget perjalanan menuju coffe corner bersama desya. Kota Surabaya identik
dengan lampu-lampu warna warni di malam hari, sepanjang perjalanan membuat
desya tersenyum bahagia dari balik punggung Beni.
“Surabaya indah
ya ben kalau malam, bagus banget........maklum dulu waktu SMA disini aku ngga
pernah keluar malam he-he” berbisik kepada Beni.
“Romantis banget
Surabaya ini....kamu besok aku ajak gowes ya paginya, kan minggu.. terus
siangnya aku ajak hunting, malamnya aku ajak dinner......om frans dan tante
dilla ngga masalah kan? Lagian mereka sendiri yang bilang kan percayain kamu
sama aku hihi” Beni tersenyum malu.
“Aku mau banget
cuman kan aku juga tetep izin sama ayah sama bunda hehe” kata desya.
Sesampainya di
coffe corner, yang berada di Surabaya bagian timur. Coffe corner ini buka mulai
pukul 4 sore, biasanya menjadi tempat tongkrongan anak muda dan mahasiswa
sepulang kuliah, biasanya ini tempat tongkrongan Beni.
“Disini harga
kaki lima, kualitas bintang lima..sya wahaha” Ujar beni tertawa terbahak-bahak.
“Kamu bisa aja,
wah menu nya... nyam nyam” kata desya dengan muka pengen.
“Kamu boleh
pesan apa aja asal jangan sisha ya sya, ngga baik” kata Beni.
“Aku belum
pernah denger tuh apa itu sisha, apa sih itu?” tanya penasaran desya.
“Sisha itu
sejenis rokok, di hisap juga sih kalau ngga salah tapi itu ada rasa nya, ya
mungkin rasa buah atau apa... emang lebih enak shisa tapi justru malah kata
orang orang sisha lebih berbahaya melebihi rokok” perjelas Beni.
“Oh yaya , I
know. Kamu khawatir yaaaaa, hayoo” goda desya pada beni.
“Kamu, kepo aja
apa kepo banget...... hayo mau tau ya aku khawatir apa engga , enaknya khawatir
apa engga ya” Beni dengan lagak menggoda.
“Khawatir aja
loh, kan setidaknya dengan rasa khawatirmu aku bisa merasa lebih berharga”
desya berkata tanpa sadar.
“Iya aku khawatir.
Aku selalu menganggap kamu berharga sya, jangan ngerasa gitu ah, aku ngga suka”
kata beni dengan muka cemberut
“Ah iya iya
ben..cupcup jangan ngambek-lah ya” ujar desya dengan nada merayu.
“Aku ngga pernah
ngambek kalau sama kamu, udah di nikmati itu yang kamu pesan..” ujar beni.
“Iya, eh ben aku
mau tanya deh.. memang setelah first love kamu meninggal, kamu ngga merasa
kesepian? Aku aja setelah marko meninggal, kesepian merajalela deh..” tanya
desya.
“Kesepian pasti
ada sya, cuman aku ngga pernah membuat diriku terjebak dalam kesepian, apalagi
sekarang kehadiran kamu menepiskan segala rasa kesepian sya..” ujar beni
“Ah, ben kamu
bisa aja... kamu juga kok ben, sekarang kamu yang bikin aku senang, sekarang
kamu bisa jadi pengganti marko walau ngga menggeser posisinya” kata desya.
“Bisa ngga sya
kita sama sama saling mengisi kekosongan? Kamu mau ngga sya?” tanya beni.
“Kamu ngga perlu
tanya aku udah pasti mau benyoooo” ujar desya menjulurkan lidah.
“Ciyusssss?
Miapah? Apaan tuh benyo, sebutan buat aku ya..” ujar beni menjulurkan lidah
balik.
“Ciyus, Miamu
hihi.... iya hahaha, pulang yuk ben... aku mau istirahat, capek.....fuh, besok
ngga usah gowes ya ben... aku juga pernah lagian gowes ke taman bungkul, taman
lautan cinta kalau malam..ya, kan? Hehe” ujar desya tersenyum tulus.
“Yaudah, siang
aja ya kita jalan ya bawel. Iya benar banget haha, udah yuk pulang”
Akhirnya malam
ini menjadi malam yang indah buat mereka. Malam dimana semuanya berjalan indah
secara terarah walau belum tentu arahnya kemana.
Bagi beni dan
desya ini sebuah mimpi indah yang disaat mereka terbangun, semuanya masih
terasa indah, masih membekas dan belum hilang....
“OOH GOD! Thank
you for waking me up this morning with a feeling of happiness!
SURABAYA.....YOU’RE ROCK! Surabaya, aku ngga pernah sebahagia ini..... isi
kotamu membuat hidupku lebih berbeda dari sebelumnya, isi kota membuatku
menikmati setiap dari bagiannya bersama orang baru yang berharga kedua setelah
Tuhan,keluarga dan marko!” ujar desya di depan cermin setelah bangun tidur.
Memang benar
kata orang, hati yang senang pada malam hari terasa lebih ringan saat membuka
mata pada pagi hari, semua terasa amat sejuk dan indah.
Desya menyiapkan
segala baju,sepatu,topi untuk persiapan hunting dengan dijurui oleh kekasihnya
sendiri. Dia menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyiapkan semua sementara
Beni dirumah masih tertidur pulas bersama mimpi yang memeluknya dari semalam.
“Beni
banguuuuuun” teriak desya di telepon saat Beni mengangkatnya.
“Iya ini aku mau
mandi makan terus jemput kamu, kamu ngga sabaran banget ya buat
hunting.......?” tanya Beni dengan nada masih lemas.
“Kan special day
kedua ben! Buruan aku sudah siap nih”
“Buset, rajin
banget nih bawel. Iya selesai semua aku langsung kesana, bye”
...tut...tu..tuut. akhirnya telepon pun di tutup. Selang waktu 2 jam lebih
12menit, Beni datang...
“Hai bawel, maaf
ya bikin 2 jam menunggu, jalanan lumayan macet di sekitar dolog hehe, langsung
berangkat aja yuk keburu kesiangan” ujar beni tersenyum paksa.
Akhirnya tanpa
berpikir lama, mereka berdua berangkat ke daerah bundaran dolog yaitu, taman
prestasi dan ke daerah rungkut yaitu hutan mangrove.
“OH, aku dulu
pernah kesini sama marko waktu kelas 2 SMA, kalau malam bagus banget lampunya
warna warni, kaya pelangi......” ujar desya
“Aku tau alasan
marko mengajakmu kesini, karena marko suka pelangi kan” ujar Beni dalam hati.
“Disini
membosankan , kita lanjut ke mangrove aja yuk, sudah jam 3 sore nih..macet di
jalannya doang...” bujuk beni.
Akhirnya mereka
menuju hutan mangrove yang alami... untung waktu itu mendung jadi tidak panas,
karena mangrove ini terdapat di bagian ujung di mana kota Surabaya kalau siang
panas banget....
“Bagus
ya...gimana kalau kita foto berdua?” usul desya.
“Boleh.... kamu
depan deh, kamu yang pegang slr-nya, aku di belakang.....” ujar beni
1,2,3 cheseeeeeee....klik, bunyi potret pun
terdengar...dan mereka terus melakukannya berulang kali dengan gaya yang terus
berubah sehingga tak terasa hari pun mulai sore.
“Ben mau hujan,
tapi masih sempat kan kamu mengantarku ke suatu tempat” pinta desya. Beni tak
menjawab tetapi mengikuti apa mau desya. Desya mengajak beni ke makam marko.
Saat itu suasana sedang hujan lebat. Sampailah mereka di depan makam marko.
“Hai ko, aku
datang bersama sahabatmu” ujar desya
“HAHHH? DARIMANA
KAMU TAU KALAU AKU.............” ujar beni terkaget.
“Kalau kamu
sahabatnya marko? Marko yang cerita, marko juga yang bilang kalau sahabatnya
yaitu kamu bakal ngambil kuliah jurusan sosio, dan marko menyarankan agar aku
sekampus sama kamu soalnya biar ada yang jagain aku katanya, soalnya dia mau
ngambil jurusan ekonomi waktu itu” perjelas desya.
“Jadi selama ini
kamu udah tau sya? Maaf ya...aku ngga bilang waktu itu”
“Ngga
apalah....Ko, ada Beni disini..... sekarang ada Beni yang jagain aku, aku tau
ko kamu sudah meninggal dan ngga tau apa apa, tapi aku cuman ngasih tau
meskipun kamu ngga bisa dengar aku berbicara. Selamat tidur pulas ko...disini
hujan, aku tau kamu pasti menikmati tapi aku sudah kedinginan, aku pamit dulu
ya ko” ujar desya
“Sob, pamit
ya.... cewek lo aman sama gue” ujar beni dengan logat jakarta gaulnya.
Desya dan Beni
bun berbalik badan untuk berjalan pulang, tetapi perlahan rintihan hujan berhenti menetes...langit perlahan cerah, dan
desya menatap langit... ada pelangi disana.
“Apa ini pertanda
marko bahagia ?” –Beni
END